Mencintaimu, aku Sungguh.

Puisiku hanya untukmu puisi
Isi sajak; tentangmu kucerita
Cerita kau yang tak mati
Meski dicerca mati-mati

Puisiku! Diksiku berantakan Puisi
Syairnya tak terkesan seksi.
Tak segarang puisi-puisi Wiji Thukul
Yang selalu menyuarakan tentang perlawan.

Puisiku tak seindah dan sesyahdu bait-bait
Puisi cinta Eyang Sapardi Djoko Darmono.
Puisiku tak sefilsafat sajak-sajak renungan
dalam puisi KH. A. Mustofa Basri.

Puisiku, maaf aku.
Pada lembaran putih
Dalam imajinasi yang liar
Pada jalan, dengan aksara-aksara liar ku berkolaborasi.

Puisiku, ini ungkapan perasaan
Kuutarakan meski sulit,
Ku yakin.
Yakin akan keabadianmu.

Mencintaimu, aku sungguh; puisi.

Pada halaman pertama bab kedua
Hati dan jiwa
Memperkosa bahasa dan Indahnya Nama,
Aku tak harus, serius.

.
.
.
.

Merdeka_setangah_Hati

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai